1 Jan 2016
Pada tanggal ini, kami sekeluarga, juga dengan beberapa handai taulan, berangkat menuju pantai yang terkenal dengan pasir putihnya., pantai bira, yang terletak di kabupaten bulukumba, sulawesi selatan.
Saya berangkat dari rumah di kecamatan kajang, tepatnya di raowa, dan menuju ke pantai bira pada pukul 9:30 pagi, dan sampai sekitar pukul 11:30 siang.
Dalam perjalan, saya singgah untuk membeli bekal, untuk keluarga (ada 2 mobil) di indomaret yang letaknya kira kira sekitar 2 kilometer dari pantai bira...
Singkat cerita, saya masuk denga membayar Rp 100rb, yang saya yakin petugasnya asal tebak atau asal minta, karena mobil yang satunya hanya bayar Rp 40rb.
Memangsih, anak anak bayarnya Rp 5rb, dewasa tiketnya Rp 15rb.
Setelah melalui gerbang tiket, kamibterus masuk, dan sangat terasa, suasana tahun baru 2016 masih sangat kental. Dan ini munhkin yang menjadi sorotan saya kali ini, di pantai bira.
Macet : Macet sudah mewarnai suasana pantai, dimana mobil sangat susah bergerak. Banyak motor dan jalanan terasa sangat sempit. Apalagi, ada beberapa kendaraan berhenti atau bahkan parkir tidan beraturan di ruas jalan masuk...
Parkir : Parkir juga sangat sulit di cari, apalagi lokasi parkir yang sangat tidak tertata. Ada beberapa lokasi tidak bisa dipakai kendaraan umum, karena kata petugas milik hotel.., mengemudi ke lokasi parkir membuat deg degan, karena sangat sempit, dimana antara mobil yang berpapasan jaraknya sangat sempit bisa keserempet.., jadi yang bawa mobil rental baru harus extra hati hati..,
Saya kemudian parkir di tempat dengan parkir yang kebetulan dapat tempat kosong, tapi tempat ini seperti saya sebutkan diatas, sangat tidak teratur. Jadi ketika parkir, kunci mobil harus dititip ke petugas parkir(bagi saya ini bisa menjadi kekurangan fatal, yang seharusnya segera di perbaiki) , karena jika tidak mobil lain bisa jadi tidak bisa keluar, atau tidak bisa parkir.
Bayaran parkirpun yang seharusnya gratis, karena sudah masuk di tiket? Tapi ujung ujungnya harus dibayar Rp 20rb.
Suasana pantai : Suasana pantai juga terasa begitu sangat ramainya, dan ini mungkin yang menjadi penyebab kenapa pantainya terlihat tidak terawat. Saya juga merasa kurang sreg, karena kelihatannya beberapa orang dengan bebas mengkomsumsi minuman pemabuk, yang jika betul betul mabuk bagaimana jadinya....? Sementara saya melihat tidak ada orang khusus yang bisa menangani ini....
Tempat berteduh yang ada jelas sekali terlihat sangat kumuh, tapi tidak ada pilihan lain bagi saya, karena saya sebenarnya ingin mengambil tempat yang agak tinggi, tapi ternyata itu milik penginapan, dan kebetulan tidak buka pada tgl 1 januari 2016.
Tidak ada petugas khusus seperti yang anda bisa saksikan di film baywatch, jadi hati hati, jangan sampai anda atau anak anak anda ada yang tenggelam,
Sebelum memasuki daerah pantai, banyak juga yang menjajakan souvenir, mulai dari kaos dengan tulisan Bira Beach, atau pakaian santai dengan label "bira" Souvenir dari kerang juga banyak tersedia, harga mulai Rp 2rb5rts.
Saya beli gantungan kunci dari kerang Rp 10rb untuk 4 biji. Saya juga beli rangkaian karang dan kerang yang harganya mulai Rp 5rb, tergantung besarnya dan rumitnya pengerjaan.
Berenang : anak anak saya begitu senangnya bisa berenang, dan komen pertamanya " airnya asing" saya bilang memang sayang karena ini laut...
Anak saya juga sempat merasa kurang nyaman karena matanya terpercik air..., dan sedikit perih karena kena air asin, yang tentu sangat beda jika hanya air biasa.
Yang mengejutkan bagi saya, pantai putih yang indah ini, ternyata penuh batu batu besar dan ada beberapa yang tajam. Jarak aman yang saya perhatikan hanya sekitar 10 meter dari bibir pantai. Setelah itu akan banyak batu. Anak saya yang telanjang kaki mengalami luka karena batu batu tersebut. Karena saya merasakan tajamnya batu batu tersebut, saya kemudian pake sandal gunung untuk turun bermain air dipantai menjaga anak saya yg belum pintar berenang..., tapi saya juga mengalami luka karena menginjak batu besar yang kemudian batunya terguling dan bagian tajamnya mengenai kaki saya.
Permainan lain : selain berenang, berendam, bermain air, juga terlihat banana boat dan perahu untuk diving. Tapi sangat menyesal, saya tidak kepikiran untuk menanyakan biaya dan sejenisnya untuk referensi...
Jam 2 atau sekitar jam 3, kami bergegas pulang. Saya pikir cukuplah untuk saat ini.
Tentu, setelah berenang, kami semua ingin mandi, tapi lagi lagi, tidak ada tempat mandi dan ganti pakaian yang memadai...., kami harus membayar air Rp 10rb untuk 1 ember, dan ruangan yang ada juga boleh dibilah asal asalan...
Sya akhirnya tidak mandi, dan menunggu sampai dirumah...., ya karena kondisi yang saya sebutkan diatas...
Dari perjalan ini saya melihat ini adalah pantai milik warga sekitar, dimana lahan dikuasai oleh perorangan, mulai dari parkir, tempat berteduh, tempat mandi....yang ujung ujungnya semua menjadi tidak teratur, karena dimiliki oleh orang yang berbeda....
Semoga tulisan kecil bermanfaat bagi yang butuh informasi mengenai bira, dan semoga bisa menjadi masukan bagi pemerintah daerah setempat untuk di kelola dengan lebih baik dan profesional...